“Huh, apaan sih dia ? mentang-mentang dia anggota tetap di APA, trus dia bisa belagu kaya tadi !!”, gerutu Alya sekeluarnya dari ruang rapat APA ( Anak-anak Pecinta Alam).
“ Ya ampun Alya.. kamu kenapa sih, sebel banget sama Dana. Dana itu baik kok. Dia itu andalannya kaka-kaka senior di APA.”, bela Viska.
“Iya, dan gara-gara itu dia jadi besar kepala terus, jadi sok ambil alih kepemimpinan rapat kaya tadi.”
Sejak awal kelas 1, Alya emang udah sebel sama Dana. Karena Alya sering mendengar kabar kalau Dana itu sering menolak cewek. Bahkan sahabat Alya sendiri, Viska, pernah juga ditolaknya. Anehnya, Viska sendiri tidak apa-apa tapi malah Alya sendiri yang tambah sebel dan benci sama Dana.
“Tapi kamu tetep ikut rencana hiking yang dibicarakan tadi kan ?” Tanya Viska disesampainya di kelas.
“ Ya, iyalah. Aku ikut APA karena aku emang cinta sama alam. Jadi, nggak mungkin kalau Cuma gara-gara Dana belagu itu aku nggak jadi ikut.” Jawab Alya.
Beberapa hari menjelang hiking dan camping, diadakan briefing secara keseluruhan. Pada pengarahan itu ditentukan bahwa semua anggota akan memulai hiking secara bersama-sama dari kaki bukit. Para anggota bebas bargeman sendiri-sendiri atau berkelompok. Beberapa anggota tetap berjaga-jaga dan mengawasi dengan HT kalau terjadi apa-apa. Mendengar pengumuman yang terakhir itu, membuat Alya kembali teringat keangkuhan Dana.
“Yeah .. lihat sekarang ! si cowok angkuh itu akan tambah belagu dengan hak istimewanya itu.” Bisik Alya pada Viska.
“Alya, pas hiking nanti, kita jalannya bareng, ya !” alis Viska.
Alya mengangguk setuju.
***
Hari yang ditunggu-tunggu tiba. Sebelum jam 7, anak-anak APA sudah diharuskan berkumpul di lapangan. Jam 7, mereka berangkat bersama-sama ke kaki bukit tempat mereka akan memulai hiking mereka.
Jam 9, perjalanan mendaki gunung dimulai. Semua anak menikmati pelajaran mereka. Tiap anak memegang peta menuju ke puncak bukit tempat mereka akan mendirikan tenda. Viska dan Alya bargeman bersama. Mereka mendaki sambil menikmati pemandangan, ini membuat mereka berada di barisan paling belakang dari yang lain.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba Alya mendengar suara aliran sungai. Ia membisikkannya pada Viska dan mengajaknya untuk mendekati arah suara tersebut. Viska awalnya menolak, tetapi Laya menariknya dari kerumunan anak-anak yang lain untuk menemaninya. Ternyata di dekat jalur perjalanan mereka, ada jurang yang cukup dalam. Di bagian bawah jurang ituterdapat sungai yang alirannya cukup deras yang airnya sangat jernih.
“Alya .. kamu apa-apan sih? Kita bisa ketinggalan rombonaga ..!!” desis Viska sambil berusaha untuk melepaskan lengannya.
“ kita gak bakalan ketinggalan jauh kalo Cuma duduk-duduk sebentar. Coba liat Vis.” Tunjuk Alya ke balik dedaunan.
“ waw .. ada sungai !” pekik Viska, “ airnya jernih banget kayaknya.”
“ tuh kan, apa kataku? Kamu suka kan?”
“ duduk dulu yukk !!” ajak Alya. Mereka berdua pun meletakkan ransel dan duduk di tepi jurang memandangai pemandangan sungai yang sangat menakjubkan dari atas.
“ udah, yukk Al !! kayaknya teme-temen yang lain udah jauh deh.” Sergah Viska.
Dengan malas Alya menjawab, “ aku masih pengin disini, Vis. Bentar lagi ya, udaranya enak nih.”
“ Alya …, udah ah. Aku nggak mau nanti kita nyasar.” Ujar Viska sambil beranjak pergi.
Alya memandangi pemandangan di depannya dekat-dekat sebelum dia memutuskan untuk menyusul Viska. Alya berbalik. Pijakan kaki kanannya ternyata adalah tanah gembur. Keseimbangan tubuh Alya hilang.
“ Aaaaarrrrgghh ……”
BRRAAA…KK. Alya terjatuh. Beruntung tangan kirinya sempat meraih dahan pohon yang merintang. Kedua kakinya segera mencari pijakan.
Viska kembali menghampiri Alya.
“ Alyaa…. !!” jerit Viska melihat Alya. Viska pun bingung.
“ Vis, tolong akau, Vis !!” teriak Alya
Viska mondar-mandir sebentar sebelum akhirnya dia untuk meminta pertolongan pada anak-anak lain di depan.
“ kamu tunggu disini dulu ya, Al.aku minta tolong temen-temen di depan.” Lalu Viska berlari.
“ TOLONG .. !! TOLONG .. !!” Alya bersuara minta tolong sementara Viska pergi. Dia sangat ketakutan. Air matanya tumpah, apalagi begitu melihat ke bawah.
Seseorang lalu mendengar teriakkan Alya. Dia lalu mendekati arah teriakkan suara itu.
“ Alya !” panggilnya begitu sampai di tepi jurang.
“ Dana ! kok kamu bisa .. “
“ aku kan jaga di belakang rombongan. Kebetulan tadi aku berhenti dulu. Udahlah, yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara nyelametin kamu.”
“ Tanganku udah pegel, Dan.” Isak Alya.
“ kamu tenang ya, Al.”
Dana lalu membaringkan badannya di tanah. Setelah menemukan pegangan yang kuat untuk kakinya, Dana mengulurkan tangannya. Alya pun mengulurkan tangan kanannya, tapi belum bisa meraih tangan Dana. Dana memajukan badannya. Dia berusaha mengulurkan tangannya sebisa mungkin.
“ Ayo, sedikit lagi, Al. kamu pasti bisa.” Ujar Dana.
Alya pun berusaha sekuat tenaga, tapi masih saja belum bisa.
“ aku nggak bisa, Dan.” Ujar Alya lemah.
“ kamu pasti bisa, Al. coba kamu agak bertolak dari pijakanmu lalu raih tanganku.”
Alya melihart ke bawah. “ aku nggak bisa, Dan.aku takut nggak bisa menggapai tanganmu, nanti malah jatuh.”
“ nggak, Al. kamu pasti bisa. Percaya sama aku, Al.” yakin Dana.
Kreekk .. Dahan yang di gelantungi Alya mulai retak.
“ ayo, Al.. !!”
Alya ragu, tapi kemudian Alya benar-benar melakukan tolakan dari pijakan.
Kreeekk.. bruukk .. dahan pegangan Alya patah. Batu pijakan kakinya pun terjatuh dan tercebur ke sungai. Perlahan Alya membuka matanya. Ternya Alya berhasil, tangan kanannya kini digenggam erat oleh kedua tangan Dana.
“ ayo Al, tanganmu yang satu lagi.” Ujar Dana.
Kedua tangan Alya pun memegang tangan Dana. Dana berusaha menarik kedua tangan Alya sekuat tenaga. Setelah menguras banyak tenaga, Dana berhasil menarik Alya ke tepi jurang. Alya tertunduk di samping Dana. Nafas Dana masih terengah-engah ketika Alya terus memandangi jurang itu.
Dana lalu menghadap ke Alya. “ Alya, kamu nggak papa kan?”
Alya terdiam. Sepertinya dia masih shock. Bibirnya bergetar dan air matanya pun terus keluar. Dana melepas jaket keanggotaannya dan memakaikannya ke Alya. Menutupi baju Alya yang sedikit sobek sana-sini.
“ Aku tadi di sana .. nyaris mati.” Ucap Alya gemetar.
“ udahlah, Al. semuanya bakal baik-baik aja.” Hibur Dana sambil menepuk-nepuk bahu Alya.
Viska lau uncul bersama rombongan dan PMR.
“Alya !!” Viska langsung memeluk Alya.
***
“ auwww ..” jerit Alya di tenda PMR.
“ selesai ! lukamu lumayan banyak, ya? Masi ada yang sakit nggak ?” Tanya Nina petugas PMR.
Setelah selesai menempelkan plester di pipi Alya. Alya menggelengkan kepala kemudian Nina keluar dari tenda dan membiarkan Alya beristirahat di tenda. Alya melihat ke pergelangan tangan kannya. Merah, bekas pegangan tangan. Pasti Dana, pikir Alya. Kelihatannya Dana benar-benar menggenggam tangan Alya dengan erat. Aalya jadi ingat kalau dia belum mengucapkan terima kasih pada Dana. Jaket Dana juda masih melekat di tubuhnya. Alya segera keluar mencari Dana.
Semua orang tampak sibuk mendirikan tenda. Setelah berkeliling, Alya akhirnya bertemu Dana di tengah membantu teman-temannya mendirikan tenda.
“ emm… Dana” panggil Dana pelan-pelan. Dana berbalik.
“Alya, gimana kondisimu?”tanyanya.
Kemudian dia memberi isyarat pada temannya untuk menruskan pekerjaannya. Alya dan Dana mengobrol sambil berkeliling.
“yang tadi … makasih, ya. Sorry tadi aku lupa bilang.” Buka Alya.
“ oh, iya. Nggak apa-apa lagi. Kebetulan tadi aku denger kamu minta tolong.” Ujar Dana merendah.
“ . . . ., oh iya. Ini jaket kamu.”
Alya lalu melepaskan jaket Dana dan menyodorkannya. Saat itu, Dana melihat pergelangan tangan Alya yang mengecap tangan.
“ itu, gara-gara aku, ya?” tunjuk Dana.
Alya lalu menyodorkan jaket Dana dan mengelus-elus pergelangan tangannya.
“ nggak papa kok. Ini.. ini nggak sakit. Malah seharusnya, aku berterima kasih sama kamu soalnya kamu udah memegang aku dengan kuat banget.” Ucap Alya terbata.
“ kok terima kasih lagi? Kalu gitu, aku juga mau bilang makasih, soalnya waktu itu … kamu udah percaya sama aku.” Dana lalu berhenti dan menatap Alya.
“ Al, selama ini kamu benci aku ya?” Tanya Dana tiba-tiba.
Alya tersentak. Dia terlihat menghindar karena malu mengakui kata-kata Dana barusan.
“ Sorry, kalau selama ini, aku sudah membuat kamu jengkel dengan menolak semua cewek yang menyatakan perasaannya ke aku, termasuk sahabat kamau.”
“ . . . . . “
“ itu karena aku punya alasan, Al.” lanjut Dana.
Mata Alya menatap Dana seolah bertanya,”apa?”
“ Aku menyukai cewek lain.” Jawab Dana.
Darah Alya berdesir. Dana lalu meraih kedua tangan Alya dan menggenggamnya.
“ Aku suka kamu, Alya.”
Muka Alya memerah. Setelah terdiam beberapa lama, Alya buka mulut.
“ kamu lupa? Aku masih jengkel sama kamu.” Tanya Alya sambil tersenyum.
Dana pun tersenyum. “iya.. iya .. aku bakal menebus semua kesalahanku.”
“ termasuk ini?” Alya menyodorkan pergelangan tangannya.
Mereka lalu bargeman bersama. Dari kejauhan, mereka terlihat akrab berbincang-bincang dan tertawa bersama. Sepertinya, tidak hanya kedekatan dengan alam yang bisa Alya dapatkan pada pendakian kali ini, akan tetapi kedekatan hatinya bersama Dana. ^^v
- T A M A T -
Komentar